ASK
ME

REGISTER
NOW

ISC 2018 "Srawung Menuju Peradaban Kasih"

12/03/2018 00:00:00

Intercultural Student Camp merupakan acara yang diadakan oleh APTIK yang melibatkan seluruh Universitas dan Perguruan Tinggi Katolik di seluruh Indonesia. Tahun 2018 merupakan tahun ke-4 ISC diadakan. Kali ini, Universitas Soegijapranata, Semarang menjadi tuan rumah ICS 2018. Tema ICS 2018 adalah "Srawung Menuju Peradaban Kasih".

Unika Indonesia Atma Jaya Jakarta pun turut mengambil bagian dalam kegian ICS dengan mengirimkan tujuh orang mahasiswa dan satu orang dosen pendamping. Tujuh orang mahasiswa tersebut terdiri dari: empat mahasiswa Fakultas Psikologi yaitu Dara Aprilia, Mervi, Amatya Saraswari, Michelle Angeline; dua mahasiswa Fakultas Pendidikan dan Bahasa yaitu Resa Francisca dan Isabella, serta satu mahasiswa Fakultas Hukum yaitu Bernardinus Putra. Dengan didampingi oleh Pak Laurentius Purbo Christianto, atau biasa dikenal sebagai Mas Aan, dosen Fakultas Psikologi, kami bertujuh melaksanakan acara ICS.

Stasiun Tawang - Semarang

Di hari pertama, Rabu 21 November 2018, kami mengunjungi Pondok Pesntren Al-Islah untuk mendengarkan sharing dari KH. Amin Budi Harjono yang merupakan sahabat dari Romo Aloysius Budi, Pr. Kiai Budi menceritakan hubungan baiknya dengan Romo Budi dan mengajarkan untuk menjunjung tinggi toleransi dalam keberagaman. Selain itu, Kiai Budi juga merupakan seniman tari sufi. Demikian pula dengan Romo Budi yang menceritakan hubungan baiknya dengan pemuka agama lain di Semarang dan mayarakat di Semarang. Malam harinya kami mengikuti malam budaya, setiap mahasiwa menampilkan budaya khas dari daerah universitasnya masing-masing.

Klenteng Sam Poo Kong

Hari kedua, Kamis 22 November 2018, kami pergi ke klenteng Sam Poo Kong. Klenteng tersebut dibangun untuk menghargai etnis Tionghoa yang ingin menyebarkan agama Islam di Aceh dan Palembang tetapi harus mampir ke Semarang karena salah satu awak kapalnya sakit dan meninggal di Semarang. Saat ini, klenteng tersebut dipakai untuk beribadah umat Konghucu tetapi tidak jarang juga ada umat Islam yg berziarah ke makam untuk menghormati pemuka agama Islam yang beretnis Tionghoa tersebut. Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung yang bergaya arsitektur Jawa, Romawi, dan Islam. Keberagaman dapat terlihat pula dalam simbol-simbol bangunan tersebut.

Sore harinya, kami pergi ke Salatiga untuk berdinamika, kami mengikuti seminar dan malam budaya serta api unggun. Seminar yang dibawakan sangat berkesan karena berkaitan dengan simbol-simbol keagamaan yang merupakan identitas manusia tetapi bukan sesuatu yg lebih penting daripada manusia itu sendiri.

Persiapan sebelum Lenong - MALAM BUDAYA

Hari ketiga, Jumat 23 November 2018, merupakan hari terakhir kami berdinamika, kami merefleksikannya seluruh rangkaian acara. Romo Budi sebagai fasilitator meminta kami memberikan tanda cinta dan ucapan terima kasih kepada teman-teman baru kami yang berasal dari daerah-daerah lain.

Demikian gambaran rangkaian kegiatan ICS 2018. Seluruh acaranya bertujuan untuk membangun sikap inklusif di tengah keberagaman. Keberagaman bukan hanya agama, ras, suku, tetapi keberagaman yang mendasar sebagai laki-laki dan perempuan yang memiliki pola pikir, sikap hidup yang berbeda-beda.

Menurut Mas Aan, dosen pendamping dalam ICS, tolerasi bisa dibangun dalam serawung yaitu dengan melakukan perjumpaan dengan orang lain.

YouTube

#unikaatmajaya #uaj #kampusfavoritjakarta #banggaatma #sahabatatma #fpbuaj #ics2018 #APTIK