ASK
ME

REGISTER
NOW

Inovasi Terkini Melalui Aplikasi Manajemen Spesimen Mikrobiologi

8/8/2018 12:00:00 AM

Aplikasi Manajemen Spesimen Mikrobiologi

 

“Kalau punya aplikasi itu minimal bisa membantu supaya dapat prinsip yang benar dalam pengambilan spesimen.”

 

Aplikasi Manajemen Spesimen Mikrobiologi merupakan aplikasi pengambilan spesimen mikrobiologi yang ditujukan kepada seluruh pelaku di bidang laboratorium mikrobiologi untuk memudahkan memilih spesimen. Pada tahap awal ini, aplikasi ini hanya bisa diunduh pada android dengan menggunakan QR barcode.

 

Berawal dari kegiatan di dalam laboratorium, khususnya pada proses analitik, aplikasi ini membuat praktisi di laboratorium mikrobiologi seperti dokter, perawat, analis dan tenaga kesehatan lain yang terkait dengan pengambilan sampel pada kasus infeksi.

 

dr. Enty, Sp. MK (K) sebagai salah satu penggagas aplikasi tersebut mengatakan pada waktu berhadapan dengan kasus infeksi, untuk mendukung diagnosa salah satunya adalah pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang itu salah satunya adalah pemeriksaan mikrobiologi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri, virus, atau apapun itu yang berguna untuk mengetahui target penyebab infeksi secara pasti.

 

“Proses pemeriksaan penunjang itu penting. Untuk apa prinsipnya? Untuk mendapatkan bakteri, virus, apapun itu yang berguna untuk mengetahui target penyebab infeksi secara pasti,” ungkap dr. Enty saat diwawancarai tim Public Relations Unika Atma Jaya.

 

dr. Enty juga menjelaskan aplikasi ini secara umum mendeteksi bakteri dan juga virus. Aplikasi ini sangat dibutuhkan pada fase pengambilan sampel hingga penyimpanan sampel sesaat sebelum diperiksa. Oleh karena itu,  aplikasi ini disebut pengelolaan spesimen.

 

“Mulai dari persiapan, penyimpanan sampelnya sesaat sebelum diperiksa di laboratorium karena itu adalah fase yang paling penting, apa yang mau diperiksa, apa yang mau dideteksi sangat tergantung dari kualitas pengambilan spesimennya,” jelas dr. Enty.

 

Aplikasi Manajemen Spesimen Mikrobiologi

 

Sebagai contoh, apabila terjadi suatu kasus infeksi di paru-paru, tentu harus mengambil sampel yang berasal dari paru-paru atau saluran nafas bawah. Apabila pengambilan sampel dari saluran nafas atas, atau bahkan dari kulit ataupun urin, jelas itu sudah beda organ dan beda sistem. Maka bukti infeksi di paru-paru itu tidak akan didapatkan hasil yang benar.

 

Selain dr. Enty, Tim Public Relations Unika Atma Jaya juga mewawancarai dr. Lucky H Moehario, Sp. MK (K) yang merupakan salah satu inisiator aplikasi Manajemen Spesimen Mikrobiologi. dr. Lucky mengatakan meskipun ada beberapa aplikasi sejenis, aplikasi Manajemen Spesimen Mikrobiologi ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu fokus pada proses pra analitik, tidak seperti aplikasi lain yang sudah ke arah laboratorium.

 

“Ada satu prinsip dalam pengelolaan mikrobiologi yaitu garbage in atau garbage out, artinya begitu sampelnya tidak representatif,mau sebenar apapun pengerjaannya, hasilnya tidak valid. Jadi yang paling penting itu source pertamanya. Aplikasi kami fokus untuk fase pra analitik dalam bahasa laboratorium untuk pengambilan sampelnya,” ungkap dr. Lucky

 

Di dalam konten aplikasi ini tidak hanya membahas soal klinis, diagnosa, dan penyakit. Ada aspek lain, yaitu pengambilan sampel lingkungan. Sampel lingkungan ini berfungsi untuk mendeteksi layak atau tidaknya suatu ruangan untuk digunakan.

 

“Misalnya kita ada di suatu ruangan, sebenarnya ruangan ini cukup sehat atau tidak, apakah ada kuman yang sangat banyak atau cukup sesuai dengan standard. Misalnya ruangan operasi cukup atau tidak untuk kebersihan udaranya, atau supply airnya seperti apa, lalu permukaan-permukaannya sesuai dengan standard atau tidak. Karena semua ada peraturannya,” jelas dr. Lucky.

 

Melalui aplikasi ini, diharapkan membantu proses pengelolaan spesimen, baik menjadi suatu referensi atau pembelajaran. Artinya dengan adanya itu akan membantu seluruh siklus pemeriksaan dengan mendapatkan hasil yang baik yang bisa menunjang serta memberikan bantuan kepada dokter klinis untuk memberikan diagnosa yang tepat sehingga akhirnya pasien diberikan obat yang tepat. (CTF)