ASK
ME

REGISTER
NOW

Eksplorasi Tiga Peneliti Wanita: Harlinda, Yanti, dan Noory

2/8/2011 12:00:00 AM


teknobiologi-peneliti-wanita
Kepedulian terhadap alam dan lingkungan sekitar membawa tiga perempuan peneliti ini meraih sesuatu yang besar. Di pengujung tahun lalu, ketiganya memperoleh uang tunai masing-masing senilai Rp 70 juta dari perusahaan kecantikan asal Prancis untuk mendanai penelitian mereka yang bersumber dari alam untuk kebaikan umat manusia.


Beberapa waktu lalu, Tempo bersama wartawan lain berbincang-bincang dengan ketiganya di sebuah rumah makan di Jakarta Selatan.
Herlinda Kuspradini
Meneliti Anti Karies Gigi

Bagi Harlinda Kuspradini, 35 tahun, hutan beserta keanekaragaman flora dan faunanya bukan sesuatu yang baru. Harlinda lahir dan tumbuh besar di Samarinda, Kalimantan Timur. Sejak kecil dia sudah akrab dengan flora dan fauna di pulau yang masih memiliki hutan alam asri yang luas ini.


Ketika menamatkan pendidikan SMA Negeri 2 Samarinda, Harlinda melanjutkan pendidikan sarjana dan magisternya di Jurusan Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. "Indonesia memiliki keanekaragaman flora yang tinggi, tapi hanya sedikit yang diketahui manfaatnya untuk kesehatan," kata Harlinda.

         
Padahal, menurut dia, alam memiliki jawaban dan kekuatan untuk menyembuhkan segala penyakit. Ia kemudian meneliti tentang aneka flora di sekitarnya. Dalam tiga tahun terakhir, ia telah menghasilkan 16 makalah ilmiah dan disertasi doktoral dari Universitas Gifu Jepang. Makalah-makalah itu dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah dan disertakan dalam seminar dan simposium internasional.

 

Karyanya beragam, dari pertumbuhan bakteri dalam ekstrak kayu, aktivitas anti bakteri, anti-jamur, sampai potensi tanaman hutan sebagai anti-karies gigi. Nah, makalah tentang tanaman hutan itu ia kembangkan menjadi proposal penelitian, yang kemudian beroleh dana penelitian dari L‘Oreal. "Ini pertama kali saya mendengar ada kompetisi ini. Alhamdulillah saya menang."


Sebenarnya, beberapa penelitian dia sebelumnya telah melaporkan aktivitas tanaman, seperti tumbuhan katapang dan kalipapa dapat mengatasi karies gigi. "Hanya, masih membutuhkan penelitian lanjutan dan pengembangan," ia melanjutkan.


Data Kementerian Kesehatan pada 2007 menyebutkan, sebanyak 72,1 persen penduduk pernah mengalami karies gigi. Dari jumlah itu, 46,5 persen di antaranya penderita karies aktif dan tak terawat. Harlinda berharap penelitian ini tak hanya berguna untuk kesehatan, "Tetapi juga meningkatkan ekonomi lokal."


Bagi Harlinda, profesi sebagai peneliti kaya hikmah. "Bagi saya, meneliti itu ibadah. Menambah ilmu dan berbagi ilmu. Semuanya untuk kebaikan."
BIODATA
Nama: Harlinda Kuspradini, S.hut, M.Agr, Ph.D
Tempat dan Tanggal Lahir: Samarinda, 28 April 1975
Profesi: Dosen dan peneliti dari Universitas Mulawarman Samarinda
Status: Menikah dengan dua anak

Pendidikan:
2005-2009 Ph.D Applied Biological Science, Universitas Gifu, Jepang
1998-2001 Magister Ilmu Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan di Universitas Mulawarman
1993-1998 Sarjana Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Universitas Mulawarman

Prestasi:
2010 L‘Oreal For Women in Science Award
2010 Penelitian kerja sama Internasional (Korea) DIKTI (anggota)
2010 Penelitian kerja sama internasional (Jepang) DIKTI (anggota)
2009 Hibah Penelitian. DIKTI (anggota)


Yanti
Anti-Gout dari Biji Pala


Prestasi Yanti memperoleh dana penelitian tak terlepas dari empatinya pada anggota keluarganya. Suatu hari, salah seorang tantenya yang berusia 37 tahun mengalami kejang otot sekujur tubuh. "Selama ini dia kelihatan sehat. Tapi pagi itu dia kesulitan bangun dari tempat tidur," kata Yanti. Baru setengah jam setelahnya, sang tante bisa bangkit dari tempat tidur.


Yanti lalu mengantar sang tante ke rumah sakit. Ternyata kadar asam urat tantenya cukup tinggi. "Penyakit kayak asam urat ini memang gejalanya tak kelihatan. Ketika kondisi tubuh tak fit, baru ketahuan," ujar Yanti. Selain diberi obat dari dokter, dia diberi obat tradisional, yaitu dikompres bagian tubuhnya yang sakit dan kejang otot dengan minyak pala.


Yanti, yang berprofesi sebagai seorang dosen, tergelitik untuk mempelajari berbagai tanaman herbal untuk dijadikan obat. "Ternyata terapi dengan menggunakan tanaman herbal memang jadi alternatif pengobatan gout."


Gout merupakan artritis yang terjadi akibat peningkatan kadar asam urat dalam darah. "Gout bukan penyakit bawaan genetik, tapi karena gaya hidup yang tak sehat, seperti banyak mengkonsumsi makanan berkadar purin tinggi, seperti emping dan jeroan," kata Yanti, yang dalam dua tahun terakhir telah menerbitkan 11 makalah penelitian.
Wanita usia produktif, menurut dia, rentan terkena penyakit ini. Bila dibiarkan, gout bisa memicu penumpukan kristal natrium urat di persendian yang menyebabkan reaksi inflamasi (bengkak).


Data awal yang diperoleh Yanti, ada alternatif pengobatan gout dengan menggunakan lada, pala, temulawak, dan kunyit. "Pada dasarnya ini pengobatan tradisional yang secara empiris dipercaya bisa mengurangi reaksi inflamasi dan menurunkan kadar asam urat dalam darah," ujar wakil dekan urusan akademik di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta ini.


Berbekal data dan penelitian awal itu, Yanti mengajukan proposal penelitian dan mendapat dana penelitian Rp 70 juta untuk menemukan agen anti inflamasi dan anti-gout dari ekstrak biji pala dan maselignan.

Biodata
Nama: Yanti, Ph.D
Tempat dan Tanggal Lahir: Jakarta, 14 Juni 1978
Profesi : Dosen dan peneliti dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta

Pendidikan
2006-2009 Ph.D Biotechnology, Yonsei University, Seoul, Korea
2001-2003 Magister Sains Program Studi Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor
1996-2000 Sarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Riwayat Karier
2010-sekarang Wakil Dekan Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
2010-sekarang Anggota Gessellsschaft fur Arzneipflanzen und Naturstoff-Forschung, Jerman
2005-2006 Kepala Laboratorium Biokimia dan Teknologi Enzim, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
2003-sekarang Dosen dan peneliti Fakultas Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
2000-2001 Asisten Peneliti Laboratorium Lingkungan Mikrobiologi, Puspitek Serpong

Prestasi
2010 L‘Oreal For Women in Science Award
2010 Finalis Young Scientist Kalbe-Ristek Award
2010 Penerima dana penelitian Dipa Biotrop
2009 Penerima dana penelitian 16th Indonesia Torray Science Foundation
2009 Pemenang Pertama Hayati Award untuk Kompetisi Makalah Ilmiah
2009 Pemenang Ketiga Best Oral Competition 76th Korean Society of Food Science and Technology Annual Meeting and International Symposium, Daejeon
2007 Presentasi Poster Terbaik di International Seminar on Pharmaceutics, Bandung
2007 Presentasi Poster Terbaik di Yonsei BK21 Annual Meeting, Seoul, Korea
2006 Peneliti Terbaik Atma Jaya Research Award

Nooryawati Mulyono
Damar Sebagai Pengganti Plastik


Penelitiannya tentang getah damar sebagai pengganti plastik membuat Nooryawati Mulyono mendapatkan dana penelitian yang cukup besar. Ia pun akan melanjutkan penelitiannya tentang itu.


Perkenalannya dengan damar dimulai pada 2000, sesaat setelah lulus sebagai sarjana kimia Institut Teknologi Bandung dan bekerja di sebuah industri pangan. Kala itu dia mengenal damar sebagai salah satu bahan yang bisa digunakan dalam industri pangan.


Ketika melanjutkan pendidikan Magister, dia kembali memilih damar sebagai bahan penelitian. Belum menuntaskan pendidikan magister, Noorya justru ditransfer sebagai mahasiswa program doktor. Itu karena, "Ketika jadi mahasiswa magister, saya mempublikasikan penelitian ilmiah tentang damar," kata Noorya.
Damar pula menjadi penelitian untuk disertasinya.


"Getah damar bisa dimanfaatkan sebagai pengganti plastik," ia melanjutkan. Menurut dia, sulit untuk mengganti pengemas dari plastik dengan bahan lain seperti logam, kaca, atau kain.
Selain ringan, fleksibel, tak pecah, tak berkarat, plastik itu murah serta dapat diwarnai dan dibentuk. Namun masalah lingkungan akibat pemakaian plastik juga besar. "Plastik butuh ratusan tahun untuk mengurai," tuturnya.


Nah, damar sebagai pengganti plastik, lebih mudah diurai karena berbahan dasar dari alam. "Saat ini belum ada biopackaging yang memenuhi syarat mutu kebutuhan industri."

 

Biodata
Nama: Dr Nooryawati Mulyono S.Si
Tempat dan Tanggal Lahir: Jakarta, 18 Juli 1976
Profesi: Dosen dan peneliti dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta

Pendidikan
2005-2009 Doktoral Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor
2004-2005 Magister Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor
1994-1998 Sarjana Kimia, Institut Teknologi Bandung

Riwayat Karier
2009-sekarang Dosen dan peneliti di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
1999-2009 Manajer Riset dan Pengembangan sebuah industri makanan di Jakarta
Prestasi
2010 L‘Oreal For Women in Science Award


L amandra Mustika Megarani

Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/profil/2011/01/12/brk,20110112-305599,id.html


(Diperbarui oleh ynr-m&pr/02/11)