ASK
ME

REGISTER
NOW

Biotechnology and Nutrigenomics For a Healthy Life

4/4/2017 12:00:00 AM

Jakarta, 3 April 2017 - Fakultas Teknobiologi Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya menyelenggarakan seminar “Biotechnology & Nutrigenomics For a Healthy Life” pada Sabtu (01/04) di Gedung Yustinus lantai 15. Acara ini terdiri dari dua sesi, yaitu pembahasan aplikasi dan fungsi teknobiologi bersama Antonius Suwanto dan Stefanus Indrayana.

 

Sesi pertama dibawakan oleh Antonius Suwanto yang membicarakan tentang fungsi teknobiologi pada bidang pertanian dan pangan. “Kita merupakan gen yang termodikasi oleh hasil reproduksi orang tua kita. Oleh sebab itu, setiap manusia beragam dan bahkan memiliki sidik jari yang berbeda – beda,” jelas Antonius. Gen yang termodifikasi juga dapat diaplikasikan pada sayuran dan tumbuhan yang manusia konsumsi. Sebelum tahun 1500, manusia belum mengenal sayuran seperti brokoli atau kubis. Sayuran dan tumbuhan baru mulai muncul karena hasil penyilangan.

 

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin berkembang ketika manusia memahami Deoxyribo Nucleic Acid (DNA).  “Manusia memahami DNA pada tahun 60-an,” ucap Antonius. Berawal dari hal tersebut, ditemukanlah toksin yang bisa membasmi hama pada sayuran namun tidak berbahaya bagi manusia yang mengkonsumsinya. Dari toksin tersebut, sayuran memiliki kualitas fisik yang baik dan bagus.

 

Suasana Penutupan Seminar Biotechnology and Nutigenomics For A Healthy Life

 

Pada sesi kedua, Stefanus Indrayana membahas topik mengenai permasalahan sosial terkait kemiskinan dan kurang gizi. Perlu adanya fokus  pada bagaimana memberikan pangan dengan kualitas yang baik. Saat ini perkembangan besar tentang apa yang dimakan dan bagaimana cara memakannya telah terjadi di perkotaan. “Kebutuhan manusia akan telor, ikan, dan daging meningkat,” ujar Stefanus. Dibalik hal tersebut, muncul masalah seperti kemiskinan dan kurang gizi.

 

Sekitar 165 juta orang di Indonesia mengalami kekurangan gizi yang dapat menimbulkan  hambatan pada perkembangan otak, kelemahan fisik, dan lemahnya enzim sehingga jadi mudah terserang penyakit. Selain itu, masalah - masalah seperti stunting, ibu - ibu hamil  kekurangan gizi yang kemudian akan berdampak pada janinnya, kekurangan yodium dan zat besi masih kerap terjadi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melakukan aksi sosial yang bertujuan menyelesaikan masalah kesenjangan sosial seperti kekurangan makanan, kelaparan, kemiskinan tanpa ada rakyat yang tertinggal. Aksi tersebut dilakukan oleh 193 negara yang dilakukan dari tahun 2015 sampai 2030 mendatang. (IN)