ASK
ME

REGISTER
NOW

Warung Politik RCTI di Prodi Komunikasi

02/19/2014 00:00:00

Siapa caleg yang anda akan pilih pada pemilu legislatif nanti? Mungkin anda sudah punya pilihan, mungkin juga belum. Jika sudah, maka alangkah baiknya jika pilihan tersebut adalah pilihan rasional terbaik anda guna memajukan demokrasi perwakilan di negara ini. Jika anda belum punya pilihan, maka perlu sejenak melihat daftar calon legislatif yang disodorkan oleh partai politik secara jeli dan teliti.

Sebagai salah satu cara untuk menguji dan meneliti para calon legislatif tersebut, RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) bekerjasama dengan Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta menyelenggarakan dialog “Warung Politik” di kantin Atma Jaya, pada hari Senin, 17 Februari 2014. Program “Warung Politik” adalah satu segmen berita yang tayang di Seputar Indonesia, setiap Rabu sore selama masa Pemilu ini.

 

Dialog yang dipandu oleh presenter Seputar Indonesia, Astri Megatari ini, menghadirkan dua pembicara, yaitu: Satria Kusuma F. Mahardika, S.Sos., M.Si (Dosen Komunikasi Atma Jaya Jakarta), dan Salvatore Simarmata, S.Sos., MA (Peneliti Komunikasi Politik dan Dosen Komunikasi Atma Jaya Jakarta). Dialog yang juga diikuti oleh para mahasiswa ini mengangkat dua topik penting: Pertama, Menyikapi Artis Jadi Caleg; Kedua, Caleg Petahana (incumbent) vs. Pendatang Baru (new comers).

 

Bp. Satria dan Bp. Salvatore, Dosen Prodi Komunikasi sedang memberikan pendapata tentang Caleg dan Pemilh Pemula.

 

Menurut Satria Kusuma F. Mahardika, para caleg yang maju jadi artis mestinya tidak mendasarkan pencalonan mereka pada tampang atau popularitas sebagai artis, tetapi benar-benar dapat menunjukkan kualitas sebagai calon anggota dewan. Menurutnya, para calon legislatif artis harus punya visi yang jelas, agenda yang kongkrit untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang mereka wakili.

 

Sementara itu, Salvatore Simarmata menilai bahwa kinerja anggota DPR periode 2009-2014 sangat mengecewakan. Dari tiga fungsi DPR, yaitu: legislasi, pengawasan, dan penganggaran, legislasi termasuk yang sangat buruk. “Selama tahun 2014 ini, dari 66 RUU prioritas yang ditargetkan, baru satu yang berhasil dibahas, yaitu RUU Perdagangan. Padahal masa jabatan DPR akan berakhir pada 1 Oktober nanti,” tandasnya. Salvatore Simarmata menambahkan bahwa fakta rendahnya capaian legislasi ini diperburuk lagi oleh kasus-kasus korupsi yang melibatkan para anggota dewan, perilaku yang sangat bertolak-belakang dengan ekspektasi masyarakat atas wakil rakyat. Hanya sedikit anggota DPR yang benar-benar berjuang untuk rakyat.

 

Melihat citra anggota DPR yang selama ini buruk, maka muncul keinginan untuk mencari wajah baru calon legislatif pada Pemilu kali ini. Pendapat-pendapat yang dilontarkan oleh mahasiswa juga menunjukkan rasa kekecewaan yang tinggi terhadap kinerja DPR selama ini. Sebagai generasi muda mereka berharap bahwa anggota DPR harus jujur, bekerja untuk rakyat, dan tidak melakukan korupsi.

 

Suasana Dialog di Kantin UAJ dan Mahasiswa yang memberikankan pendapat

 

Meskipun demikian kekhawatiran terhadap petahana yang tetap maju menjadi calon legislatif sangat besar. Dari 560 orang anggota DPR, 90%-nya tetap mencalonkan diri pada Pemilu April mendatang. Maka kecerdasan pemilih menjadi sangat penting bagi kualitas anggota dewan berikutnya. Masyarakat, khususnya pemilih pemula harus mengenali calon anggota DPR yang akan dipilihnya, baik dari segi visi jangka panjangnya, program kerja riilnya, track-record selama ini,hingga integritas orang tersebut. Masyarakat harus aktif mencari informasi lewat sumber-sumber yang ada seperti website KPU guna mengenali calon wakil rakyat lebih dekat sehingga tidak salah pilih, yang akhirnya menyesal sendiri. (Salvatore Simarmata)