ASK
ME

REGISTER
NOW

Webinar Diversity, Equity, and Inclusion in Organization: Concept, Challenge, and Strategy

3/15/2021 12:00:00 AM

Sabtu, 13 Maret 2021. Diversity, Equity, Inclusion (DEI) menjadi isu yang istimewa menonjol tahun tahun terakhir ini. Peristiwa George Flyod di Amerika, Mei 2020, merupakan puncak gunung es dari hubungan tidak setara antara black and white di Amerika. Bisnis DEI menjadi booming, terindikasi dari kebutuhan akan posisi seperti Chief Diversity atau Officer of Diversity & Inclusion. Isu yang awalnya internal dalam negeri Amerika, merambat ke luar, karena terfasilitasi oleh globalisasi, yang memungkinkan terjadi pertemuan antar berbagai kelompok melalui komunikasi dan mobilitas. Kini seluruh dunia membicarakannya.

 

Di belahan negara lain, juga di Indonesia, ditemukan ketimpangan gender; jumlah pekerja perempuan yang signifikan lebih rendah daripada laki-laki. Semakin tinggi posisinya, semakin sedikit jumlah perempuan yang ditemukan di sana. Di samping kuantitas, gaji yang diterima perempuan juga lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Kalau dilanjutkan lebih jauh, maka kita menemukan kategori lain dengan perlakuan tidak setara, atau bahkan juga diskriminatif: kemampuan akademik, pola pikir, cara berkomunikasi, klasifikasi pekerjaan, status perkawinan, dan lain sebagainya.

Mengapa DEI dipandang penting? DEI mempengaruhi daya saing, dan akhirnya mempengaruhi kinerja. Organisasi yang memperhatikan DEI lebih bereputasi, dan lebih mampu untuk menarik talenta. Di sini, kelompok talented dan potensial menemukan pengakuan terhadap kemampuan uniknya, dan bertemu dengan berbagai keunikan lain, maka lahir inovasi dan kreativitas. Sebaliknya, organisasi yang diskriminatif (ras dan gender) harus membayar cukup mahal tindakan pembedaan antar kelompok ini.

 

Jadi bagaimana mengembangkan DEI di organisasi? DEImembutuhkan komitmen organisasi. Dalam organisasi demikian, bisa ditemukan adanya penerimaan dan pengakuan terhadap keberbedaan (diversity), didukung dengan berbagai praktek/tindakan untuk mempromosikan keadilan, dan kesetaraan (equity). Hasilnya adalah organisasi yang inklusif. Jadi, pertama-tama organisasi harus memiliki intensi untuk mempromosikan DEI. Namun demikian, organisasi tidak hanya melakukan affirmative action, sekedar menampilkan keterwakilan, sehingga komposisi kelompok seimbang. Lebih dari itu, sungguh menghadirkan inclusion, sehingga setiap anggota organisasi dengan keanekaragaman latar belakang benar-benar merasa dirinya sebagai bagian dari organisasi (JM).