ASK
ME

REGISTER
NOW

Memahami Peran Mikroba dan Bioteknologi Bagi Makanan, Kesehatan, dan Lingkungan

8/1/2016 12:00:00 AM

 

Pembicara, panitia, dan peserta seminar dari kalangan professonal dan akademisi.

 

 

Jakarta, 31 Juli 2016 – Fakultas Teknobiologi (FTb) Unika Atma Jaya bekerja sama dengan Bank Central Asia (BCA) mengadakan seminar nasional bertajuk “Role of Microbial and Biotechnology for Food, Health, and Environmental Industries” bertempat di Hotel Le Meridien, Jakarta, Jumat (29/7) lalu. Seminar ini berawal dari sekelumit fakta yang menunjukkan beberapa penyakit populer di negara berkembang seperti diabetes melitus, hipertiroid, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke dapat disebabkan oleh gaya hidup yang buruk, juga mengenai isu pemanasan global yang menuntut program go green dijalankan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Riset lanjutan dalam pemanfaatan bahan alam yang berbasis bioteknologi dan mikroba diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu, seminar ini diharapkan dapat memberikan edukasi kepada khalayak umum tentang aplikasi bioteknologi dan mikroba di berbagai bidang industri kesehatan, pangan dan lingkungan.

 

“Kami ingin sebagai fakultas teknobiologi pertama di Indonesia mengajak kita semua bahwa bioteknologi sangat penting. Karena kita tidak bisa bekerja sendiri, maka saya harap acara ini dapat menjadi sarananya,” ujar Diana E. Waturangi, Dekan FTb Unika Atma Jaya.

 

Topik pertama dalam seminar ini mengenai perspektif dari segi kelautan dan bioteknologi pangan dibawakan oleh Antonius Suwanto, professor di FTb Unika Atma Jaya sekaligus guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalam paparannya, beliau menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya kelautannya. Hampir semua makanan Indonesia secara tidak langsung mengandung prebiotik, probiotik, dan para-biotik. Salah satu yang beliau jelaskan dalam paparannya adalah mengenai tempe, salah satu makanan fermentasi terkenal di Indonesia.

 

Selanjutnya, Maggy Thenawidjaja Suhartono membawakan topik kedua mengenai makanan di masa mendatang (sehat dengan enzim antioksidan dan antioksidatif). Professor di FTb Unika Atma Jaya juga guru besar IPB ini menjelaskan bahwa akumulasi radikal bebas yang didapat dari polusi udara, asap, radiasi, dan lain-lain dapat mengakibatkan berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, stroke, Alzhemeir, dan kanker. Untuk menyeimbangkan oksidasi secara natural, tubuh manusia memiliki sistem internal seperti glutathion dan enzim. Namun, antioksidan itu juga dapat didapat dari luar tubuh (exogenous), yaitu dari buah, sayuran, teh, coklat, dan lain-lain.

 

Untuk melengkapi pembahasan seminar ini dari berbagi aspek, Stefanus Indrayana dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menjelaskan mengenai prospek bioteknologi di industri makanan. Beliau mengatakan bahwa ada banyak aplikasi bioteknologi modern seperti rekayasa genetika dalam produksi makanan dan minuman.

 

“Tantangannya sekarang ini, khususnya bagi perguruan tinggi adalah bagaimana membuat hal tersebut (rekayasa genetika) menjadi komersial. Perlu adanya dukungan dari pemerintah. Dukungan ini sangat penting bagi pusat penelitian,” imbuh Stefanus. (VG)