ASK
ME

REGISTER
NOW

Analis Keuangan Berbasis SDG: Fokus Kurikulum Ekonomi Atma Jaya

4/3/2020 12:00:00 AM

 

Mahasiswa Unika Atma Jaya dan Daegu Catholic University, Korea Selatan, menyambangi Rusunawa Muara Baru untuk mengenal program Rain Water Harvesting.

 

Sebagai salah satu cabang ilmu dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, masih banyak anak muda yang belum kenal dengan program studi ekonomi pembangunan.   Ekonomi Pembangunan merupakan salah satu cabang ilmu Ekonomi, secara spesifik mempelajari persoalan pembangunan industri, perbankan, keuangan, dan bisnis. 

 

Mahasiswa prodi ekonomi pembangunan akan berkutat dengan analisis berbagai isu perekonomian untuk mencari dan menemukan solusi dari berbagai persoalan ekonomi secara kritis, kreatif, dan inovatif. Program studi ini mempersiapkan mahasiswa menjadi perencana bidang pembangunan ekonomi sehingga bisa turut membantu terciptanya kesejahteraan bersama.

 

Berdasarkan catatan quipper Indonesia, lembaga belajar daring, di Indonesia sendiri setidaknya ada lebih dari seratus enam kampus yang menawarkan program studi ilmu ekonomi pembangunan sebagai salah satu jurusan yang bisa diambil oleh adik-adik yang ingin melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Tiga puluh tujuh diantaranya tersebar di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

 

Salah satu kampus yang memiliki program studi tersebut adalah Unika Atma Jaya Jakarta.  Terletak di ibukota, berada di jantung perekonomian dan pemerintahan Indonesia memberikan nilai lebih bagi mahasiswa dan akademisi  untuk langsung berinteraksi dengan pelaku industri keuangan dan pengambil keputusan.

 

Sumbangsih Fakultas Ekonomi Atma Jaya untuk Indonesia

 

Memasuki usia Unika Atma Jaya keenampuluh tahun, Program Studi Ekonomi Pembangunan menawarkan kurikulum yang mendukung lahirnya analis keuangan yang dibutuhkan masa depan.  Saat ini ketika bicara prinsip ekonomi sudah tidak lagi bicara modal sekecil-kecilnya dan keuntungan sebesar-besarnya.  Industri keuangan sudah tidak lagi bisa dijalankan “as business as usual”.  Otomasi keuangan, kecerdasan buatan (AI), cryptocurrency dan munculnya perusahaan teknologi keuangan (fintech) sebagai disrupsi pada industri keuangan memungkinkan perkembangan yang transformatif. Di sisi lain meningkatnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap isu-isu publik seperti kesehatan, pendidikan, pemerataan ekonomi, lingkungan, kesetaraan jender, perlindungan terhadap kaum minoritas menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari semua industri saat ini termasuk keuangan.

 

Hal tersebut yang menjadi salah satu dasar bagi program studi ekonomi pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unika Atma Jaya menambahkan pada kurikulum mereka, materi mengenai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya mengenai pertumbuhan dan produktivitas ekonomi melalui peningkatan mutu teknologi dan inovasi.

 

“Kami ingin mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan memperkaya kurikulum program studi ekonomi pembangunan, ini merupakan kontribusi kami terhadap masyarakat dan negera.” ujar dekan Fakultas Ekonomi UnikaA Atma Jaya Dr. Irenius Dwinanto Bimo, SE., M.Si.    “Sesuai dengan visi pendirian universitas maka menjadi tanggung jawab kami untuk membantu menyiapkan SDM yang punya kepedulian terhadap isu-isu SDGs dan mampu menerapkannya pada level program, implementasi industri dan kebijakan keuangan.” tambahnya.

 

Sebagai pengingat, agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) diadopsi oleh semua negara anggota PBB pada tahun 2015 sebagai panggilan bersama untuk mengentaskan kemiskinan, melindungi bumi dan memastikan perdamaian dan kesejahteraan dapat dirasakan oleh semua orang pada tahun 2030 guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

 

Ekonomi Pembangunan dan Dampak Sosial

 

Tren meningkatnya perhatian pelaku industri terhadap program-program SDGs dapat tergambar pada studi KPMG tahun 2018 yang  menunjukan bahwa 40% dari 250 perusahaan raksasa di dunia memasukkan SDGs sebagai salah satu strategi bisnis mereka.

 

Di masa mendatang untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGS) poin nomor delapan mengenai pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan, maka kebijakan, analisis, termasuk perencanaan keuangan suatu sektor, daerah, pemerintahan, perbankan; adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan.

 

“Konsentrasi kurikulum progam studi kami salah satunya mendorong mahasiswa menguasai analisis keuangan untuk pembangunan manusia di masa mendatang. Misalnya, dalam dunia perbankan, siapakah yang berhak mendapatkan hak meminjam uang untuk usaha? Fintech yang bertumbuh dengan pesat sangat mendukung arah pergerakan pinjam meminjam secara inovatif dengan crowdsourcing,” tegas Dr. F.X. Adji Pratikto, S.E., M.E., kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan Unika Atma Jaya.

 

“Ini adalah salah satu andil pendidikan tinggi bagi masyrakat dan dengan menerapkan kurikulum ini bukan hanya merespon pada kebijakan kampus merdeka dari Kemdikbud tapi yang lebih utama berkontribusi terhadap pemecahan isu-isu masalah sosial sesuai dengan ilmu kami,” ujar Pratikto menutup wawancaranya.

 

Di sini mahasiswa didorong untuk menguasai kemampuan analisis keuangan di tengah pertumbuhan dunia Fintech yang sangat pesat. Pertumbuhan ditandai dengan pergerakan pinjam meminjam yang inovatif dengan crowdsourcing, konsep pendanaan era digital. Untuk itu penguasaan kemampuan untuk menganalisis kebijakan keuangan di berbagai sekseperti perbankan dan pemerintahan adalah profesi yang sangat menjanjikan untuk mendukung tercapainya SDGs.

 

Nah, di mana belajarnya? Ekonomi Pembangunaan Unika Atma Jaya mendalami hal ini. Analytical Skills for Financial in the Future. Seluruh penanda perkembangan SDG 8 di dunia sudah bertumbuh, kita mempersiapkan mahasiswa kita menjadi mumpuni dalam bidang tersebut.